Poligami dan Kesetiaan
Bagi sebagian besar wanita Indonesia yang hidup dizaman sekarang ini , kata poligami mungkin terdengar sangat menyakitkan, sangat berat untuk diterima. Bahkan tak sedikit yang memandangnya sebagai sebuah penghianatan dari janji setia yang mungkin pernah diikrarkan. Sebuah ujian keimanan yang sungguh sangat berat untuk sosok makhluk yang begitu peka dan lembut perasaannya. Meskipun dalam beberapa kasus poligami bisa menjadi solusi, namun propaganda media membuatnya seolah lebih menakutkan dari perzinahan dan perselingkuhan. Bahkan ada seorang istri yang sampai berkata” lebih baik suamiku‘jajan’ dipinggir jalan daripada harus punya istri muda” naudzubillah. Benarkah poligami seburuk itu, benarkah poligami tanda ketidaksetiaan, benarkah poligami hanya akan menghancurkan tatanan keluarga?. Islam dan alquran adalah risalah terakhir untuk umat manusia, hukum yang terkandung didalamnya bukan hanya untuk manusia yang telah lalu saja, bahkan untuk manusia sekarang dan yang akan datang. Pahit hari ini, mungkin obat dimasa yang akan datang. Poligami yang tidak disukai hari ini, mungkin sesuatu yang akan menjadi solusi besar dimasa yang akan datang, karena sensus kependudukan selalu menyebutkan angka dimana penduduk wanita selalu lebih banyak dari penduduk laki-laki. Mungkin selain karena angka harapan hidup wanita lebih panjang dari laki-laki, pekerjaan laki-lakipun kebanyakan lebih beresiko dari pekerjaan wanita. Kesetiaan dalam islam sangatlah agung dan luhur, bukan hanya pada aspek kepentingan biologis saja, tapi kesetiaan pada nilai-nilai alquran dan sunnah. Islam melarang umatnya egois dan mementingkan kepentingannya pribadi. Kekayaan, pendidikan dan hak-hak asasi manusia dilarang hanya dinikmati sekelompok manusia saja, sementara ada sebagiannya yang lain tidak merasakan. supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu (QS Al Hasr 7). Begitupun dalam hal biologis, perhatian dan tempat berbagi harapan, islam mengajarkan untuk berbagi dan meraba perasaan mereka yang tidak lagi memiliki pendamping. Walau berat , keridhaan hati untuk menerima salah satu solusi dari Allah swt ini,akan menjadikannya layak mendapatkan gelar wanita setia dalam islam, yang setia terhadap aturan alquran,assunnah. Setia pada Rabb, Raja dan ilahnya, yaitu Allah swt.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *