Tanda-Tanda Hati Yang Mati
Allah Swt memberikan bekal bagi manusia sebagai khalifah fil Ard (Pemimpin di bumi) dengan pendengaran, penglihatan dan qalb. Dengan bekal ini manusia pun dibedakan dari yang ciptaan Allah yang lain semisal hewan dan tumbuhan, karena bagi manusia adanya tanggung jawab atas apa yang telah ia lakukan. Bagaimana seorang manusia menggunakan pendengaran dan penglihatannya tergantung dari bersih tidaknya qalb. Bahasa qalb di alih bahasakan dalam bahasa Indonesia menjadi hati. Hati dalam pengertiannya terdapat dua macam yang memahaminya. Pertama hati yang merupakan salah satu organ penting bagi manusia yang  terletak di dalam dada dan berfungsi sebagai tempat bergumulnya pengaruh kebaikan dan kejahatan. Kedua, hati sebagai suatu perasaan pada diri manusia yang tidak berwujud benda atau anggota tubuh , kehadirannya abstrak tetapi dapat dirasakan. Karena hati itu termasuk kepada salah satu anggota tubuh dan tempat perasaan manusia maka ia pun tidak luput dari yang namanya penyakit. Dengan penyakit ini hati bisa mati dan tidak merasakan apa yang ia rasa, dan bagaimana seseorang yang hatinya mati akan terlihat dari tanda-tandanya. Berikut ini sebagian tanda-tanda hati yang mati :
  1. mengutamakan kepentingan dunia dibanding akhirat.
Dunia adalah godaan hati yang tidak akan berhenti sampai orang tersebut meninggal. Banyak orang yang mengutamakan kepentingan dunia yang fana ini dan mengorbankan kehidupan akhirat yang kekal. Bentuk godaan dunia bisa berupa, harta, jabatan, wanita, anak, ketenaran dan sebagainya. dalam haditsnya Rsulullah Saw bersabda, “Akan terjadi fitnah yang dengan itu hati seseorang menjadi mati sebagaimana badannya mati. Pagi hari ia mukmim dan sore harinya ia kafir, atau sebaliknya sore masih mukmin tapi pagi hari ia telah kafir. Ia menjual agamanya demi sekerat dunia”. (HR. Ibnu Majah) 2. Kegoncangan Jiwa. Seseorang yang memiliki tanda bahwa hatinya sedang mati terkadang memiliki kehidupan yang tidak menentu arah. Ia gelisah, cemas, marah dan segala hal lainnya yang menyebabkan dirinya kalut dan kacau. 3. Mengikuti Nafsu syahwat. Disini maksudnya sangat luas. Mengikuti nafsu syahwat dapat berupa keakuan dalam pendapat pribadi yang ingin selalu dituruti dan diikuti, ia tidak senang jika apa yang menjadi hasil pemikirannya tidak dituruti oleh orang lain. Selain juga mereka yang memperturutkan kepentingan perut dan kemaluannya. 4. Kelalaian. Tentang kelalaian ini Allah Swt berfirman, “Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya). Tidak datang kepada mereka suatu ayat Al Quran pun yang baru (di-turunkan) dari Tuhan mereka, melainkan mereka mendengarnya, sedang mereka bermain-main. (lagi) hati mereka dalam Keadaan lalai”.(QS. Al-Anbiya:1-3) Wallahu ‘Alam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *