Adab Dalam Menyampaikan Kesalahan (Aib) Orang Lain
Hakikat manusia sebagai makhluk yang terkadang khilaf dan lupa menyebabkan dirinya suatu saat pasti pernah mengalami yang namanya berbuat dosa dan maksiat. Ini dikarenakan manusia dengan hawa nafsunya terkadang tidak dapat terkontrol oleh dirinya sendiri, sehingga membawanya mengikuti godaan iblis laknatullah. Oleh karena itu memiliki sikap selalu berdoa dan memohon petunjuk kepada-Nya menjadi hal yang harus dilakukan untuk memperbaiki diri dan menghindari perbuatan dosa agar yang menjadi kesalahan tidak terjadi secara berulang-ulang. Allah Swt berfirman, “Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai Keuntungan yang besar”. (QS. Fushilat:35). Ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa seseorang akan mempunyai sifat-sifat yang baik yang sesuai dengan aturan agama jika dalam dirinya ada sifat sabar. Sifat yang menyendarkan segalanya kepada Allah. Yang namanya manusia terkadang tidak jujur akan dosa dan kesalahan yang telah dilakukannya, ia sering membela apa yang sebenarnya merupakan kesalahannya. Padahal jika saja manusia jujur atas kesalahan yang dilakuakan dan memperbaiki diri dari kesalahannya maka seseunggunya itu lebih baik dan mulia baginya. Ketika seseorang berbuat dosa maka tidak berarti kita secara bebas dan seenaknya untuk melakukan dan menilai akan kesalahannya. Apalagi jika kita ingin memberitahu akan kesalahan yang telah dilakukannya. Ada beberapa adab-adab yang harus kita lakukan agar apa yang kita sampaikan tidak menyinggungnya secara langsung. Yang berakibat justru malah mendatangkan permusuhan antar sesama. Diantara adab yang harus kita perhatikan yaitu:
  1. Dilakukan dengan cara yang bijaksana
  2. Dengan cara yang baik
  3. Menenangkan dan melapangan dada
  4. Santun, dengan cara yang baik
  5. Menggunakan kalimat yang tidak menyinggung secara langsung
  6. Nasihat dengan cara diam-diam tidak disampaikan di depan umum.
Kesemuanya ini harus kita pahami dan teliti dalam menyampaikannya. Jangan sampai niat baik kita berubah menjadi suatu permusuhan. Senada juga bagi mereka yang mendapat teguran atau pemberitahuan tentang dosa dan kesalahannya, hendaklah ia mempunyai sikap husnudzan dalam segala responnya. Sehingga apa yang telah disampaikan menjadi pengingat atas kesalahan yang telah dilakukan dan ia pun mudah berlapang dada dengannya. Keterkaitannya dengan syariat islam mengenai menyampaikan aib orang lain atau mungkin diri kita sendiri. Maka hal yang paling utama yaitu menutupinya, ini bukan berarti bahwa ketika seseorang membunuh maka harus ditutup-tutupi. Disini maksudnya aib antara dirinya dengan tuhannya. Allah Swt telah menutupi aib kita maka janganlah kita dengan sengaja menyebarkannya kepada yang lain seolah-olah senang dan bangga atas aib tersebut. Sabda Rasulullah Saw, “Sesungguhnya Allah Swt Maha Pemurah, dan maha Penutup, Dia mencintai rasa malu dan sikap sitru (Menyembunyikan aib)”. (HR. Abu Dawud). Wallahu ‘Alam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *