Batasan Dalam Menahan Sabar
Istilah kata sabar menurut Kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah tahan menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati dan tabah). Sedang menurut bahasa Arab kata sabar berasal dari kata ash-shabar yang artinya mengekang atau menahan (al-kuf wa al-habs). Sikap sabar terjadi tidak hanya ketika seseorang mendapat musibah, baik kecelakaan, kemiskinan, pencurian dan sebagainya, tetapi juga ketika seseorang mendapat kesenangan dengan harta yang melimpah atau segala kesenangan hidup tercapai. Sabar juga harus tercermin ketika seorang hamba menjalankan perintah Rabb nya dalam melaksanakan ketaatan kepada-Nya. Lalu sering kita dengar perkataan “sabar juga ada batasnya”. Apakah sikap sabar memang ada batasnya atau kita sendiri yang memberi batas. Allah SWT memerintahkan kepada hamba-Nya agar senantiasa menjadi hamba yang selalu bersabar. Bahkan Allah akan selalu bersama hamba-Nya yang bersabar. Hal ini sesuai firman-Nya dalam QS al-anfal:46. Dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Dari ayat di atas dapat kita pahami bahwa ketika sesorang bersabar berarti dia memilih untuk bersama dengan Tuhannya, dan ketika dia tidak bersabar maka dia telah memilih untuk tidak lagi bersama tuhannya. Seseorang yang selalu bersabar kepada tuhannya maka Allah pun akan mengangkat derajatnya menjadi pemimpin dan panutan umat. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman “ supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. As-Sajdah:24) Secara hakikat sikap sabar tidak berbatas, hal ini kembali lagi kepada kita selaku hamba-Nya apakah kita bersikap sabar ketika menerima ujian-Nya atau sebaliknya. Sikap sabar juga bukan berarti sikap pasrah menerima nasib tanpa adanya ikhtiar yang dilakuka. Karena dalam tahapan sikap sabar harus disertai dengan ikhtiar. Jika ada seseorang yang berkata bahwa telah sabar tanpa terlebih dahulu adanya usaha/ikhtiar, maka hal semacam itu bukanlah sikap sabar melainkan sikap pasrah tanpa ada usaha. Wallahua’lam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *